Tidak Ada yang Sia-Sia

19:24

Posting ini menceritakan tentang kisah nyata yang selalu saya ingat bila sedang melakukan sesuatu. Ini lebih nyata dari kisah Top Ittipat yang meraih kesuksesannya dengan Tao Kae Noi ataupun kisah anak di Kota Apel menuju Kota The Big Apple di  film 9 Summer 10 Autumns. 

Dimulai dari kisah seorang anak laki-laki yang merupakan anak ke 10 dari 11 saudaranya. Ayahnya bukan seorang pegawai bukan juga seorang pengusaha begitu juga dengan ibunya. Walaupun begitu, ia tetap bersyukur dengan segala kekurangan dan selebihan yang ada dalam dirinya. Hidupnya tidak seperti teman-temannya yang lain. Satu telur yang biasanya kita makan sendiri tetapi baginya satu telur itu untuk dibagi 7 bersaudara. Uang jajannya tidak sebanyak uang jajan temannya, Rp 200 setiap hari. Bila ia tidak ingin capek berjalan, maka uang itu cukup untuk naik bus kota. Bila ia ingin jajan di sekolah, maka ia akan berjalan sangat jauh untuk pulang ke rumah. 

Dari kecil impiannya hanya satu, bahwa ia tidak ingin anak-anaknya merasakan susahnya hidup seperti dirinya. Oleh karena itu, dari SD ia selalu tekun belajar agar menjadi sarjana yang sukses. Setelah pulang sekolah, ia membatu ayahnya berjualan burung di pasar dan tak lupa ia membawa buku pelajaran dan membacanya apabila belum ada pembeli. Ia membantu mengangkat puluhan kilo sangkar burung di pundaknya bertahun-tahun. Ia tak pernah lelah ataupun menggerutu. Ia berfikir suatu saat ia akan menjadi orang yang berhasil.

Hanya untuk renungan, ia diam-diam mengikuti bimbingan belajar karena orang tuanya tidak mengizinkannya. Tahu kenapa tidak diizinkan? Karena uang mereka tidak cukup untuk membayar bimbingan belajar. Ia tahu akan hal itu. Oleh karena itu, sepulang sekolah ia juga berjualan makanan untuk mendapatkan uang tambahan untuk membayar bimbingan belajar. Seharusnya kita bersyukur karena orang tua kita dapat membayar uang bimbingan belajar tanpa kita harus bekerja terlebih dahulu agar uangnya cukup untuk membayar bimbingan belajar. Sedangkan kita bahkan malas-malasan untuk pergi les. 

Di saat ia menduduki bangku SMP dan SMA, ia selalu giat belajar, selalu mengulang pelajaran di rumah dan tak pernah pantang menyerah. Pernah waktu kenaikan SMP ke SMA ia ditantang oleh temannya. Temannya menantang apakah ia bisa masuk SMA negeri atau tidak. Dan benar saja ia masuk SMA negeri berkat kerja kerasnya. Ia selalu melakukan sesuatu dengan serius.

Bila kita menam bibit keberhasilan, maka kita dapat memetik buah hasilnya di kemudian hari. Dan setelah tamat SMA, akhirnya ia dapat melanjutkan kuliahnya. Dan sekarang ia telah memetik buah hasilnya sebagai karyawan di suatu perusahaan. Dan sekarang impiannya tercapai, anak-anaknya tidak merasakan susahnya menjadi ia sewaktu kecil. Ia berhasil karena ia mau berusaha keras dan tidak pernah menyerah.

Ini kisah nyata yang selalu membuat saya berfikir dua kali untuk bermalas-malasan. Ini kisah nyata bahwa suatu kemauan, kerja keras, dan tak mau menyerah bukanlah dongeng belaka. 

Dan sekarang kita harus menanam bibit keberhasil agar kita dapat memetik buah hasilnya kelak. Berusaha demi impian kita itu gak sia-sia, kan?

You Might Also Like

0 comment

Leave your comment

Subscribe