Sesuatu yang menyebalkan adalah ketika masa lalu mencoba meracuni kita di masa kini dan membuat masa depan mati perlahan-lahan.
Sudah berkali-kali diary ini membacakan isi ceritanya di setiap mimpiku. Cerita yang paling tak ingin aku ingat kembali di setiap aku melangkah. Rasa pedih, senang, pilu, sedih, terpukul, dan terharu yang dulu sangat familiar bagiku, selalu ia tekankan disetiap nada-nadanya bercerita. Dan ketika aku terbangun dari mimpi, cerita itu selalu terbayang kembali di pikiranku. Lebih dari itu, ia mencoba meracuni setiap perasaan-perasaan yang pernah aku bangun sebagai perisai pelindungku.
Ya, kamu! Buat apa kau merasakan itu lagi. Seberapa dalam sakit yang kau rasakan dulu. Sudah berapa banyak air mata yang kau jatuhkan, HAH? Kau bahkan menyadarinya bukan? Berhentilah melangkah bila kau tak ingin seperti dulu...
Aku terbangun lagi dari mimpi. Air mataku jatuh perlahan dan makin lama makin mengalir dengan deras. Aku tak tahan menahan pedih yang terlalu dalam ini. Baik, kau benar, aku menyadarinya. Tapi aku ingin mencoba memastikannya terlebih dahulu. Aku yakin, tidak semua cerita yang berakhir sama dan tidak semua hal hanya berisi kesedihan.
Ku buka kembali diary yang telah lama ku simpan di dalam lemari. Kurobek halaman per halaman di dalamnya. Perih, tetapi lebih perih lagi bila terus ku simpan. Air mata terus mengalir di setiap cerita yang tertuang di dalam diary tersebut. Untuk membuat cerita baru, aku harus melewati semua rasa sakit ini. Hingga lembar terakhir aku masih saja mengeluarkan air mata kesedihan sekaligus kebahagiaan karena aku bisa menempuh semua situasi terburuk di dalam hidupku.
Kau sekarang sudah bebas. Aku akan selalu bercerita bukan untuk membunuh masa depanmu, tetapi sebagai batas dimana kau tak boleh mengulangi kejadian yang sama...
Sudah saatnya aku menulis ceritaku kembali dengan akhiran yang berbeda. Kali ini kan kutulis dengan perlahan.